Butonpos.com, Pasarwajo 18 Desember 2024 – Masyarakat Desa Kondowa, Kabupaten Buton, menyambut pesta adat tahunan dengan menggelar tradisi Kaba’ria, sebuah acara menangkap ikan secara massal di perairan desa. Tradisi ini telah menjadi simbol kebersamaan, gotong royong, dan pelestarian kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Acara Kaba’ria dilaksanakan di area perairan yang mencakup Hou hingga Ngpantowa, dan lebih luas lagi, Areal Malai yang meliputi Kato’ba, Baelangko, Rumu, Ngpantowa, hingga Wa Konama. Lokasi ini merupakan bagian dari wilayah Tanah Adat Kondowa. Di wilayah ini, masyarakat dilarang menangkap ikan sepanjang tahun, kecuali pada saat tradisi Kaba’ria, yang dibuka satu kali dalam setahun dengan izin dari Parabela Syara Kondowa, Pak La Simaja, sebagai bagian dari prosesi adat yang sakral.
Syara Kondowa sendiri merupakan bagian dari 72 khadie dalam tatanan adat Kesultanan Buton. Dalam struktur adat tersebut, Parabela Syara bertindak sebagai pemimpin adat yang memiliki wewenang untuk mengatur dan menjaga kelestarian adat serta hukum-hukum adat di wilayah Kondowa. Peran Parabela Syara tidak hanya terkait dengan pengelolaan sumber daya alam, tetapi juga dalam menjaga tatanan sosial, budaya, dan tradisi masyarakat setempat.
Tradisi Kaba’ria sendiri merupakan rangkaian pelengkap dari pesta adat tahunan yang diselenggarakan di Desa Kondowa. Sebagai bagian dari prosesi adat yang telah diwariskan secara turun-temurun, Kaba’ria melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik laki-laki, perempuan, hingga anak-anak. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kebersamaan, tetapi juga menjadi simbol rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas limpahan rezeki dari laut.
Sejak selesai Sholat Subuh, ribuan masyarakat dari berbagai desa sekitar langsung berkumpul di tepi pantai, meramaikan acara dengan membawa peralatan tradisional seperti tombak ikan (pana) dan pukat. Kedua perlengkapan tradisional tersebut digunakan secara bersamaan saat masyarakat turun ke laut. Setelah Pak La Simaja memberikan tanda pembukaan secara adat, masyarakat secara serentak turun ke laut dengan semangat kebersamaan, disertai sorak-sorai dan canda tawa.
Menurut keterangan dari Husni Ali, mantan Kepala Desa Kondowa, tradisi Kaba’ria bukan hanya sekadar perayaan menangkap ikan, melainkan juga simbol kebersamaan dan wujud rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki dari laut.
> “Tradisi Kaba’ria adalah simbol kebersamaan dan wujud syukur kami kepada Sang Pencipta. Selain menjaga ekosistem laut, tradisi ini juga memperkuat hubungan sosial di antara masyarakat. Saya berharap tradisi ini terus dilestarikan dan mendapat perhatian dari pemerintah daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya Buton,” ujar Husni Ali.
Lebih lanjut, Husni Ali menjelaskan bahwa aturan larangan menangkap ikan di areal Ombo sepanjang tahun bertujuan untuk melestarikan sumber daya laut di wilayah tersebut. Hanya pada momen Kaba’ria, area ini dibuka dengan izin dari Parabela Syara Kondowa, Pak La Simaja, yang bertindak sebagai pemuka adat tertinggi di Desa Kondowa.
Setelah penangkapan ikan selesai, masyarakat bersama-sama mengolah hasil tangkapan menjadi aneka hidangan tradisional. Ikan yang diperoleh dibagikan secara merata kepada warga desa sebagai simbol keadilan dan kesejahteraan bersama.
Tradisi Kaba’ria juga menarik perhatian pengunjung dari desa-desa sekitar. Banyak yang datang untuk menyaksikan prosesi unik ini, sekaligus ikut serta dalam kemeriahan pesta adat. Momen ini sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya yang dapat meningkatkan perekonomian lokal.
Salah satu warga Desa Kondowa mengungkapkan rasa bahagianya bisa ikut serta dalam kegiatan tersebut.
> “Setiap tahun saya selalu ikut Kaba’ria. Selain dapat ikan, kita juga bisa berkumpul dengan keluarga besar dan teman-teman. Ini momen yang ditunggu-tunggu,” katanya.
Masyarakat berharap tradisi Kaba’ria dapat terus dilestarikan dan mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Sebagai bagian dari kekayaan budaya Buton, tradisi ini diharapkan dapat dipromosikan lebih luas sebagai agenda wisata budaya tahunan.
Pesta adat tahunan Desa Kondowa ini bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga wujud nyata dari semangat kebersamaan, pelestarian warisan leluhur, dan kepedulian sosial antarwarga. Dengan adanya aturan larangan menangkap ikan di areal Ombo sepanjang tahun, ekosistem laut di wilayah tersebut tetap terjaga, sehingga hasil tangkapan saat Kaba’ria melimpah. Peran Parabela Syara Kondowa, Pak La Simaja, sebagai pemuka adat, dan dukungan dari tokoh masyarakat seperti Husni Ali, menjadi kunci dalam menjaga kesakralan dan kelestarian tradisi ini.
Pimred Butonpos – Samsul